Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

#10 TAHAP PUBLISHING - AHMAD RIFA'I RIF'AN


Untuk hari ini, saya bahas tentang ketentuan umum agar lolos penerbit mayor. Untuk trik yg spesifik insyaallah saya bahas part selanjutnya. 

Saya sering menyampaikan, mencari penerbit itu hampir sama dengan mencari jodoh. Beneran, butuh kecocokan antara satu dengan yang lain. Bisa jadi kita menuliskan naskah yang menarik dan berpotensi laku keras, tapi penerbitnya kurang tertarik dan dalam penilaian mereka naskah kita tidak memiliki potensi pasar. Akhirnya, ya tidak akan mereka loloskan. 

Maka saran saya, sebelum kita memutuskan untuk mengirim naskah ke sebuah penerbit, kenali dulu penerbit tersebut. Caranya?

Pertama, lihat buku-buku yang disukai penerbit tersebut. Ada penerbit yang cenderung pada naskah-naskah umum, ada yang keislaman, ada yang lebih tertarik pada novel, ada yang khusus buku akademis, dan lain-lain. Kalau kita 
kirim naskah novel kepada penerbit yang fokusnya menerbitkan buku-buku non fiksi, ya jelas saja tidak diterima. Bukan karena naskah kita jelek, tetapi karena mereka memang mengkhususkan menerbitkan buku 
non fiksi.

Cara termudah untuk mengenali mereka ya lewat buku-buku yang mereka terbitkan. Baca sebanyak 
mungkin buku yang selama ini mereka terima. 
Lalu amati, bagaimana kriteria buku-buku yang mereka terbitkan. Secara umum penerbit sangat menyukai 
naskah dengan ide unik, kaya gagasan, orisinil, tidak mengekor apalagi menjiplak karya orang lain. Tulislah 
dengan bahasa renyah dan mengalir. Ini biasanya akan terlatih seiring dengan ketekunan kita dalam menulis. 

Untuk buku non fiksi usahakan yang kaya contoh, pengalaman atau kisah. Sedangkan untuk novel usahakan jalan cerita tidak klise dan monoton.

Kedua, pelajari latar belakang dan ideologi penerbitnya. Inget ya, latar belakang redaksi dan penerbitnya. Sama-sama menerbitkan buku keislaman, tetapi bisa jadi antara satu penerbit dengan penerbit yang 
lain ideologi yang diikuti beda. Tergantung tim redaksi yang  menentukan lolos tidaknya naskah.

Misalnya, sebut saja Penerbit A. Redaksi penerbit ini suka dengan ideologi keislaman yang toleran, terbuka, inklusif, dan sangat anti dengan pemahaman keagamaan yang 
ekstrim, suka mengklaim benar dan salah. Maka jangan sekali-kali mengirim naskah yang isinya bertentangan dengan hal tersebut.Atau ada penerbit B. Di penerbit B ini 
fokus menerbitkan naskah yang isinya tegas, nggak plintat-plintut, harus gamblang dan jelas dalam mengambil dasar hukum, harus tegas mengatakan mana benar dan mana salah. Maka kirim naskah sesuai dengan kriteria 
penerbit tersebut.

Ketiga, ikuti persyaratan yang diberikan penerbit. Kalo penerbit memberikan batas halamannya minimal 100 halaman. Lantas kita mengajukan naskah dengan tebal 50 halaman, itu bandel namanya, hehe. Ikuti aja ketentuan penerbitnya. Biasanya ini tercantum di website resmi mereka. Jangan malas untuk membukanya.

Yang menentukan naskah kita lolos atau tidak biasanya tim redaksi atau editor. Yang harus kita ingat, editor juga manusia. Sama seperti kita, yang punya emosi, punya sifat-sifat kemanusiaan, dan bisa didekati. 

Kedekatan hubungan akan lebih mudah untuk bekerjasama. Banyak dari editor yang tidak enggan menerima naskah karena sudah kenal dengan penulisnya secara personal.

Bahkan ketika mereka terpaksa menolak naskah kita, karena sudah kenal dengan kita, mereka pun tidak sekadar menolak, tetapi memberi informasi tentang kekurangan dari naskah kita. 

Maka cari informasi sebanyak mungkin tentang mereka. Kemudian kenalanlah dengan cara yang santun. Tulislah surat pengajuan naskah yang baik. Dengan bahasa kita sendiri, yang santun, halus, dan penuh kerendahan 
hati. Hindari kesan angkuh. Karena banyak calon penulis yang belum-belum sudah mengajari editor tentang 
hal tertentu. Padahal belum kenal dekat.

Serahkan naskah yang sudah tersusun lengkap dan rapi. 

Jangan sampai format naskah kita acak-acakkan. Karena naskah yang masuk ke penerbit bisa jadi sangat banyak setiap harinya. Mereka tidak akan mau kerepotan untuk menilai naskah yang membacanya saja bikin mata ngantuk.

Usahakan buku yg kita kirim ke penerbit bukan Buku Perdana. Ketika membuat profil diri, tunjukkan bahwa kita sudah punya karya sebelumnya. Semoga itu bisa menjadi pertimbangan bahwa kita bukan penulis yang pemula banget.

Lalu, bertemanlah di Media Sosial dengan editor2 tersebut. Kebanyakan editor juga berselancar di media sosial. Jangan enggan untuk sekadar like statusnya, komentar, bahkan sharing jika ada dari status mereka yang menurut kita menarik. Bangun hubungan yang baik dengan mereka.

(Ahmad Rifa'i Rif'an, Griya Menulis Indonesia)
_______________________
SERI LENGKAP MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#1 MATERI KEPENULISAN AHMAD RIFA'I RIF'AN
#2 TEKNIK MENEMUKAN DAN MENENTUKAN IDE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#3 RISET SEBELUM MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#4 TIPS MEMBUAT OUTLINE - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#5 DRAFTING DAN WRITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#6 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#7 MACAM-MACAM TEKNIK MENULIS 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#8 TRIK MENYUSUN DAFTAR ISI YANG MENARIK - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#9 TAHAP EDITING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#10 TAHAP PUBLISHING - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#11 BUKU BAGUS BELUM TENTU LARIS - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#12 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#13 ADA APA DENGAN PENERBIT INDIE? 2 - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#14 MENULIS BUKU DALAM 10 HARI - AHMAD RIFA'I RIF'AN
#15 Q & A TENTANG KEPENULISAN - AHMAD RIFA'I RIF'AN
Semoga Bermanfaat :)

Post a Comment for "#10 TAHAP PUBLISHING - AHMAD RIFA'I RIF'AN"